Selasa, 02 Agustus 2022

Semua ada tempatnya duli

 Pengobatan Terapi Bioenergi Listrik Pak Sabari, Desa Margomulyo Dukuh Gempol Rt 7 , Rw 1, Kabupaten Pati, Terapi Bioenergi mengobati berbagai macam penyakit salah satunya struke , diabetes, sarap kejepit, asam urat, kolesterol dan Lain-lain.


Sabari, menerangkan 8/5/2022,  bahwa pengobatan yang di peragakan ini menggunakan terapi Bio Energi Listrik sebagai sarana ia mengobati penyakit,


"Saya hanya perantara tuhan saja untuk menolong sesama yang mencari kesembuhan penyakitnya. Allhamdulillah, banyak yang sudah sembuh lewat terapi saya semua karna ijin allah", Tegas Sabari.


Menurut pengakuan Rois W. yang kebetulan sedang di tempat dengan beberapa kawanya sedang Terapi Bioenergi Listrik mengatakan, " saya sudah empat kali Terapi disini dan allhamdullah penyakit yang menjadi keluhan saya hilang dan benar-benar merasakan manfaat Terapi ini", Tegas Rois W.


Pengobatan terapi tersebut tak membatasi usia atau jenis kelamin, yang pasti mengedepankan orang yang mempunyai keluhan kesehatan, untuk lebih lanjut dapat menghubungi nomor 0821 6701 4449 (Sabari).


#bataranews

Selasa, 11 Februari 2020

Ono rego ono rupo

Misalkan saja harga buku cetak 100.000. pengarang pesan 1000. Pengarang dapat disc 30%
100.000 x 1000 x 30% = 70.000.000
70.000.000 - 10% (royalty) = 63.000.000.. penulis harus menyediakan uang 63 juta rupiah untuk pembelian1000 buku.  Sedangkan pihak penerbit biasanya akan mencetak  2000 buku lalu mendistribusikannya ke seluruh Indonesia.  Bila cetakan pertama sudah habis maka penulis baru mendapatkan royaltynya.

Untuk indie, tentunya lebih murah.  Karena minimum cetak hanya berkisar puluhan hingga seratus. Ada harga paket juga. Tetap tergantung mau cetak berapa,  langsung diterbitkan atau editing dulu, dengan kualitas yang bagaimana. "Ono rego ono rupo",  begitu orang jawa bilang.  Maka kualitas hasil terbitan baik cetak, layout desain maupun konten tergantung harga ini.

Menerbitkan buku dengan biaya mandiri sudah beberapa kali saya lakukan. Dari yang biaya mahal sampai minimal. Pengetahuan tentang harga yang dipatok masing-masing penerbit serta cara menerbitkan dan berkenalan dengan pihak percetakan membuat resolusi referensi tentang hal itu.

Seperti  buku pertama saya,  novel Asmara di Negeri  Somplak.  Tidak adanya pengetahuan tentang bagaimana menerbitkan membuat saya manut saja dengan harga yang ditawarkan.  Sistem Royalty,  jadi buku harus saya bayar sesuai paket minimal yang mereka ajukan.  

35 buku,  harga per buku 68 ribu dengan jumlah halaman 254,  royalty 5000 per buku diberikan bila satu paket cetakan sudah lunas. Harga jual kesepakatan 73 ribu melalui shopee dan tergantung  penulis untuk penjualan offline. Karena ongkos kirim ditanggung penulis sendiri ketika akan menjualnya.

Pre Order sebelum terbit,  pemasaran baik iklan maupun distribusi mereka yang handle. Harga potongan diberikan pada penulis bila  ikut menjual.  Per buku rata-rata 5 ribu.

Untuk buku saya berikutnya Samuderaning Asmoro lebih mahal lagi, ganti penerbit. Ditangani teman saya penulis kawakan.  Dia minta harga minimal cetak 50 buku. Saya minta beli putus,  jadi harga jual dan marketing tergantung penulis.

Terkini teman saya itu mematok harga 2 juta rupiah untuk editing, layout, dan desain. Mahal memang tapi terus terang saya suka dengan sentuhannya. Pernah saya komplain sama dia. "Mahal amat ih,  yang lain loh ada gak sampai 200 ribu."

Dia berkelit," Lihat kualitas dong,  kalo sekelas  mujarobat lebih murah dari yang pernah mbak dapat yo banyak. Tapi saya mengedepankan kualitas."

Nyerah deh saya,  karya seni dan kreatif tidak ada patokan harganya memang. Tergantung tangan yang menangani.

Itu menjadi  referensi  bagi saya untuk menerbitkan buku - buku saya berikutnya. Mau gratis, dibayar ada,  mau mahal atau murah juga bisa.

 Untuk menerbitkan secara Indie ini, yang saya alami ada 2 model juga, yakni :

Pertama,  naskah dan cetak menjadi hak mereka.  Penulis kalau mau cetak ulang harus melewati mereka,  tidak bisa seenaknya cetak sendiri.

Kedua,  file naskah PDF siap cetak dan pencetakan  menjadi hak penulis. Jadi kapanpun dan dimanapun penulis mau cetak lagi tergantung dia.

Untuk harga,  informasi terkini yang  saya dapatkan dengan patokan 100 halaman dengan menggunakan penerbit adalah sebagai berikut,

1. Rp. 300.000, cetak 5 buku, ukuran buku A-5, penulis terima 2 buku, 3 buku untuk perpusnas, perpusda dan penerbit.
2. Tp. 399.000. Naskah diketik ukuran A5. 6 buku untuk penulis. 2 buku untuk perpusnas, 1 buku untuk perpusda,1 buku untuk penerbit
5. Rp. 599.000. Naskah diketik di kertas A4,  6 buku untuk penulis, 2 buku untuk perpusnas,1 buku untuk perpusda, 1 buku untuk penerbit.
6. Rp. 600.000 untuk 30 buku. A-5.  Penulis menerima 27 buku.
7. Rp. 763.500 untuk 30 buku, A-5. Penulis menerima 27 buku ( pengantar dan endorsement dari penerbit)
8. Rp. 2.000.000 bahkan lebih untuk jumlah cetak 100 buku, penulis mendapatkan 97 buku.  Dengan berbagai fasilitas lain yang diberikan penerbit.

Dan seterusnya,  tergantung  harga ketetapan penerbit dan apa saja yang bisa diperoleh penulis.  Penulis bisa memilih sesuai dengan kantong,  atau kualitas kertas maupun cetakan yang diinginkan.

Untuk  harga  tersebut biasanya penulis sudah mendapatkan fasilitas : Cover, Layout, Copyediting (Editing ringan) dan ISBN. Ada pula penerbit yang menambahkan - Mockup 3D Promo di Toko Online dan Medsos Penerbit.

Kalau bisa mandiri mengatasi desain cover,  Layout, editing konten, proof reading,  hasilnya bisa lebih murah.  Penulis tinggal mengajukan isbn dan mencetak mandiri. Untuk harga pencetakan tergantung ukuran kertas, jenis kertas dan jumlah halaman.

Biaya-biaya tersebut berbeda pula pada tiap penerbit, kalau anda browsing maka perbedaan tersebut akan jelas. Pula kalau kaki disempatkan mendatangi lokasi kantor penerbit maka semakin jelas harga itu. Untuk gambaran, dari yang saya dapatkan via selancar, saya akan tampilkan salah satunya. Tentang biaya yang harus dikeluarkan pra cetak. Diunggah deepublisher.com dia menuliskan,

Biaya Pelayanan Penerbitan per Judul Buku adalah sebagai berikut,
Desain Cover Buku (Rp 250.000)
Layout dan Proof Read Naskah Buku (Rp 350.000)
Legalitas ISBN (Rp 250.000)
Percetakan Sampel Buku (Rp 150.000)

Tentu harga itu tidak berlaku untuk seluruh  penerbit di Indonesia,  karena memang tidak bisa seperti produk barang dengan HET,  Harga Eceran Tertinggi.  Itu adalah produk jasa, ketentuan nilai tergantung penyedia jasa.   Kita tinggal manut atau nego terserah MOU.  Ada penerbit yang bersedia menggratiskan biaya itu,  seperti deepublisher.com dengan syarat dan ketentuan berlaku atau sebaliknya penulis harus membayar penuh untuk itu.

Nah,  dari pengalaman  saya kita bisa mengajukan tawaran  juga kepada penerbit,  terutama kalau kita mau cetak banyak, -- diatas seratus -- kita bisa mendapatkan harga khusus. Baik untuk jasa pra cetak atau biaya pencetakan.

 Bila penulis sudah bisa melakukan sendiri proses jasa pra cetak  maka dia tinggal mengajukan permohonan cetak. Apalagi kalau penulis mempunyai kemampuan mengajukan permohonan ISBN sendiri,  tentu biaya yang dikeluarkan lebih murah. Dia bisa langsung ke percetakan, tanpa melalui penerbit.  Nanti dicetak atas nama lembaga yang dia pakai ketika mengajukan isbn,  sekolah,  yayasan,  komunitas, perpustakaan atau lembaga lain  bisa melakukan hal ini. Mudah, cepat dan murah.

Lalu biaya cetaknya berapa?  Ilustrasinya begini.  Untuk  memudahkan penghitungan,  saya gunakan hitungan bulat, 100 dan 10. Realnya Bisa kurang bisa lebih tergantung harga yang ditetapkan pihak percetakan atau penerbit.

Misal ambil paket mencetak 10 buku,--ini jumlah cetak minimal yang ada di kota saya sih--.

Harga cetak perhalaman Rp.100 harga cetak cover Rp. 10.000 maka biaya yang dikeluarkan untuk 100 halaman buku adalah:
 Rp. 100 x 100 halaman = Rp. 10.000 x 10 buku = 100.000 ditambah cetak cover  Rp. 10.000 x 10 buku =100.000. Maka biaya terbit buku yang dikeluarkan hanya Rp. 200.000.

Sekali lagi biaya tergantung penerbit.  Masing- masing mempunyai range yang berbeda. Penulis tinggal memilih sesuai dengan kebutuhan dan keinginan. Tidak ada yang sulit untuk menerbitkan  buku. Dengan uang banyak,  minimal atau tanpa uang sekalipun.  Penulis bisa menerbitkan karyanyanya. Tergantung kemauan. 

 Aha,  saya jadi ingat peribahasa melayu,  dimana ada kemauan di situ ada jalan.  Taraaa, jangan ragu. Yuk ! Terbitkan jadi buku karyamu

TEMAN

punya teman. Dari sejak lahir dia sudah kaya raya. Mengapa ? karena orang tuannya memang konglomerat. Sejak sekolah dasar sampai universitas , dia tidak pernah tahu artinya susah engga ada uang. Engga pernah perlu meminta. Karena uang selalu tersedia, dan orang tuanya menyediakan staff khusus untuk melayani semua kebutuhannya. Pernah dalam satu kesempatan saya bersama dia disalah satu tempat hiburan termahal di dunia. Dia didampingi oleh selusin wanita berkelas model. Bagaimanapun para wanita itu memanjakannya, tidak membuat dia nampak bahagia. Kesan saya, biasa saja. Hambar. 

Belakangan saya dapat kabar, dia masuk program rehabilitasi. Karena kecanduan Narkoba. Saya sempatkan bertemu dengan dia. Saya tanya mengapa dia sampai kecanduan narkoba. Inilah yang membuat saya kembali terkejut “ ketika saya fly, saya merasa berada diluar apa yang saya punya. Suatu kesepian yang menentramkan dan penuh euforia “. Demikian alasannya. Ternyata kesepian dari semua apa yang dia punya, itulah yang membuat dia kecanduan narkoba. Apa artinya? orang merindukan ketidak adaan di saat dia mempunyai segala galanya. Paradox kan. Ya tentu paradox. Karena orang sekitarnya mencintapkan paradox itu tanpa menegurnya kecuali selalu memujinya.
Pada satu kesempatan, saya pernah tanya “ Kamu tahu arti kebahagiaan". Dia tidak menjawab tapi hanya tersenyum. Ketika saya kejar jawabanhya, dia menjawab sederhana “ Bagaimana saya tahu bahagia itu apa, kalau saya sendiri tidak pernah susah” Saya terkejut dengan jawaban sederhana. Untuk saya, orang yang berasal dari keluarga sederhana , jawabannya itu sangat masuk akal. Dan saat itu saya merasa sangat kaya dibandingkan dia. Mengapa ? karena saya tahu arti bahagia. Saya pernah merasakan tidak punya uang dan direndahkan orang karena tidak punya uang. Saya pernah merasakan betapa kematian itu sangat dekat ketika jatuh bangkrut. Karenanya ketika ada harta, yang ada adalah rasa syukur tak terbilang. Malu untuk menyombongkan diri

susuh

_KASAT_POL_PP
PAK SUHUD

KIDUNG tengah Wengi

https://www.facebook.com/dian.rianti.779/videos/2498630866913467/

PENOLONG : TAK SELALU BAIK

TAK HARUS BAIK
ORANG YANG JENGKELIN JUGA PENOLONG KITA.
SYUKURI APA YANG ADA
HIDUP ADALAH ANUGERAH https://www.facebook.com/dian.rianti.779/videos/2508853229224564/

PENOLONG

TAK HARUS BAIK....
ORANG YANG JENGKELIN JUGA PENOLONG KITA.
SYUKURI APA YANG ADA
HIDUP ADALAH ANUGERAH